Pages

Rabu, 27 April 2016

Pelajaran Hari Ini 26

Kebahagiaan terpancar di semua sudut mata yang kupandang. Anak muda yang bertebarang hingga kamu ngga mampu menghitungnya, semua rona kesenangan ada disana. Sedangkan yang ada di pikiranku, apakah yang orang tua mereka lakukan hingga mereka sebahagia ini?



Pengalih perhatian, mungkin itu yang tepat untuk menjad gambaranku saat ini. Ini kisah yang sebenarnya telah menunjukan padaku untuk segera berubah menjadi lebih baik, tetapi kenyataan dan keinginan terkadang tidak berjalan sesuai apa yang kita inginkan. Sesekali, Tuhan membuat jalanmu lebih berliku dan berputar dari yang kau kira. Hingga kau tersadar, bahwa telah banyak hal yang telah kau alami selama hidup ini. Menjadi memori yang terkadang tidak terdeskripsikan dengan baik dan sangat buram hingga kau mengingatnya disuatu malam dalam mimpi buruk. 

Inilah mimpi buruk, selama ini hidupku bisa dikatakan sebagai mimpi. Ada yang buruk dan baik, meski aku terkadang tidak tahu harus menempatkan mimpiku dalam kategori yang mana. Tentang mimpi buruk yang telah aku alami, aku ingin segera bangun dan pergi darinya. Inilah mimpi terburukku selama ini, terjebak dalam tubuh gemuk dan berlemak ini dengan tampang yang tidak seberapa. Apa yang lebih buruk selain menjadi tersisih dan terlupakan di tengah-tengah masyarakat yang ramai? Aku tak cantik sama sekali, aku juga tidak bertubuh ideal sama sekali. Apalagi, aku juga bukan anak orang kaya, untuk makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Dan lagi, aku hanyalah anak yang rajin, bukan kreatif apalagi genius. 

Menjadi gemuk sejak hari pertama dilahirkan di bumi memang bukanlah kehendakku. Jika boleh memilih sendiri bentuk tubuh yang kumau, aku akan mencari yang lebih baik daripada ini. Jika diijinkan utuk membuat kombinasi bentuk wajah, aku ingin berwajah cantik seperti Raisa atau Dian Sastro. Tapi, itu semua hanya 'jika'. Nyatanya, inilah aku sekarang. Sendiri terjebak dalam mimpi buruk dalam kegendutan dan kejelakan rupa ini. Sering tidak dihargai karena penampilan yang kurang menarik. Sering ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan sama sekali. Sering diejek karena itulah satu-satunya keunggulan yang kupunya. Sering disisihkan karena memang tak ada yang bisa diambil. Selalu begitu sejak dulu. 

Meskipun banyak sahabat yang mengatakan bahwa hati baik bisa mengalahkan kecantikan luar, tetapi kenyataannya, penampilan jasmani yang masih diutamakan. Aku yang berhati baik dan mau menolong sesama dianggap sebagai 'memang sudah jadi tugasnya kan membantu sesama', sedangkan mereka yang berpenampilan menarik berbuat baik sedikit saja dianggapnya sebagai 'udah cantik baik pula, sempurna'. Padahal kadar kebaikan kita sama, hanya saja penampilan kiga berbeda, tetapi itulah kekurangan wanita jelek sepertiku. 

Aku menulis ini untuk membuka mata manusia, yang memandang wanita hanya dari luarnya saja. Aku marah pada mereka yang mengataiku jelek dan tidak berharga tanpa memperhatikan bagaimana perasaan perempuan akan menerimanya. Aku kesal pada mereka yang mengajak seseorang pergi karena lebih cantik dari yang lain. Aku sedih karena manusia tidak pernah adil dalam memandang sesamanya. Semua wanita ingin tampil cantik kapanpun, dimanapun, dan siapapun itu. Hanya saja, kesempatan yang saya dapatkan berbeda dari mereka yang telah terlahir cantik, terlahir kaya, terlahir dengan keluarga yang baik. Saya jauh dari semua keadaan itu. Membuat saya terjebak dalam mimpi buruk ini sendirian, bersembunyi dibalik senyum manis yang ditertawakan oleh orang-orang disekitarnya. Saat saya remaja, banyak hal yang membuat saya berfikir bahwa aku takut untuk bangun esok harinya karena hari ini buruk sekali. Tapi, siapa yang tahu bahwa saya berfikir seperti itu? Setidaknya, jika aku ini gendut dan jelek, aku ini terlihat kuat setiap hari. Itu yang aku pikirkan saat itu.

Pernah suatu ketika, saya dan teman-teman wanita saya berjalan bersama, tetapi saat itu hanya sayalah yang tidak disapa oleh para lelaki. Itu semua karena saya yang terjelek dan tergendut. Tidak mau sedih melihat tatapan teman-teman saya, saya hanya bisa melempar senyum dengan berkata ‘kita ini populer sekali ya? hahaha..’, apa kata selain munafik yang bisa kalian ucapkan jika kalian tahu yang sebenarnya? Beruntungnya aku, sejak aku remaja, meskipun berwajah jelen dan bertubuh gendut, aku dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik-baik, cantik-cantik, dan kaya-kaya. Disanalah saya tidak seharusnya berada, itu yang kupikir. Tetapi, kemanapun saya pergi, mereka tidak membiarkan saya luput dari penglihatan mereka. Disanalah saya tahu, bahwa mereka tulus kepada saya. Aku menerima sahabat-sahabat ini dengan berucap syukur sebanyak-banyaknya pada Tuhan yang maha adil.

Tetapi, mimpi buruk tidak usai sampai itu. Itu baru awal dari neraka yang aku ingin pergi sekarang juga jika bisa. Beranjak semakin dwwasa, dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang sempurna, membuatku berfikir kembali, ‘disinikah memangnya aku berada?’ aku bagaikan kucing kampung yang berada pada negara kucing Eropa. Pernah suatu ketika, saat sekolah menengah atas, kami pergi bersama-sama ke kantin. Dari kami berlima yang datang ke kantin, ada segerombol lelaki yang ingin meminta foto dengan temanku, dan kalian tahu? Akulah yang disuruh untuk memfotokan. Yah, aku disana untuk membantu mereka mengambil foto bersama. Lupakan saja aku, aku tidak apa-apa memang. Tidak hanya sampai situ mimpi buruk ini, pada suatu hari aku dan sahabatku dekat baik dengan seorang lelaki. Lebih tepatnya, aku dekat sekali dengannya. Kami keluar bersama, cerita segala macam hal, tertawa bersama, berbagi tangis bahkan saling meminjamkan bahu untuk bersandar. Tetapi, kenyataan memang tidak harapan, teman lelaki itu justru suka pada sahabatku, bukan aku. Baiklah, mereka memang pasangan yang serasi, itu pikirku.

Ingin dengar cerita wanita gendut dan berwajah jelek ini lagi? Yah, selain kejadian-kejadian yang menguras kekuatan hati tadi, ada juga yang mencoreng nama ini. Setidaknya, karena aku ini sudah jelek, gendut, melarat, bodoh, setidaknya biarkan nama baikku terjaga. Tetapi, kenyataannya adalah saat aku SMA, ada salah satu sahabatku yang sendirian di lapangan basket menungguku. Dia mengirimkan sms padaku  untuk segera datang kesana karena ia merasa sedih. Sebagai sahabat yang siaga 24 jam, aku berlari segera kesana karena khawatir dengan keadaanya. Sialnya, diperjalanan, aku terjatuh di tengah kerumunan anak muda yang lalu lalang di depan dan di sekelilingku karna lantai yang licin dan mereka menertawakan aku yang terjatuh dan membuat lantai sekolah retak. Tidak ada yang menolongku, aku sendirilah yang berusaha segera bangkit. Meminta maaf pada orang-orang yang menertawai dan melihat ke arahku dan berterimakasih pada sejumlah teman yang menanyakan keadaanku. Dan ketika aku lihat, sahabatku adalah salah seorang yang tertawa paling keras dan pergi sambil berkata ‘ahahaa… lucu sekali, terima kasih ya, bikin aku ketawa lagi..’ tanpa mendekat padaku dan hanya berlalu bersama seorang teman prianya. Yah, dia telah bahagia lagi, itu pikirku.

Kejadian lain terjadi saat ada acara untuk ketua kelas seluruh sekolah. Waktu itu, aku menjabat sebagai ketua kelas. Pada pertemua tersebut, semua orang mengutarakan pendapatnya untuk memutuskan hasil terbaik. Hingga pada akhir pertemuan, ada seorang ketua kelas lelaki dari kelas lain meminta ID Line pada semua ketua kelas wanita, dan entah apa tujuannya. Pada akhirnya, ia juga meminta ID ku. Oke, hingga suatu saat ia ternyata mencoba mendekatiku dengan rayuan, kata gombal, hingga mengatakan ‘aku suka sama kamu’. Tahu kan bagaimana indahnya elang terbang di langit biru? Seperti itulah aku saat itu, hingga aku tahu, bahwa aku hanyalah dijadikan taruhan dengan teman-temannya. Yang pada intinya ia hanya mengatakan,’wanita jelek dan gendut, aku hanya ingin bermain-main denganmu’. Dan aku hanya bisa mengatakan, ‘aku memang tidak pantas untuk seseorang setampan dan sepopuler dia, ini semua bukanlah salahnya’. Tapi, hatiku mulai membeku saat itu.

Ramah tamah, sikap mengalah, merendah, tidak lagi terlalu sering aku gunakan. Semua itu hanya membuat lawan bicaraku meremehkanku. Di lain kejadian, dengan mati-matian aku belajar hingga minus mataku bertambah dan mendapatkan peringkat pertama di sekolah, tetapi kenyataannya, teman-teman sekelasku lebih bersorak ramai saat ada sahabatku yang memenangkan lomba menari. Yah, kepintaran akan tetap tertutupi dengan keindahan, itulah kenyataan yang harus aku terima. Sepintar apapun aku jadinya, serajin apapun usahaku, aku hanya berakhir dengan kata-kata ‘wah..,’wow..’, ‘kamu rajin’,’kamu pintar’, dan mereka berlalu begitu saja. Bahkan menjauhiku karena aku terlalu ‘pintar’ untuk mereka dan terlalu ‘jelek’ untuk mereka.

Lalu, bagaimana idealnya aku hidup saat ini? Sebagai seorang wanita yang berada pada keadaan ekonomi yang rendah, aku tidak bisa mengharapkan orangtua membiayai keinginanku untuk jadi lebih berpenampilan menarik. Tapi, sampai kapan aku akan berada di mimpi buruk ini? Sampai aku mati? Tentu aku tidak mau, tapi, apa yang bisa aku lakukan?

Ayahku sudah meninggal sejak aku remaja, menjadikanku lebih melarat dari sebelumnya. Sedangkan ibuku, hanya ibu rumah tangga biasa yang sangat berpenampilan menarik, cantik, tubuh asyik dan cara bicara yang tinggi. Tidak usah mengkhawatirkan kehidupannya yang indah tanpa bullyan. Mimpi buruknya hanya satu, tidak ada orang yang sesuai dengan keinginannya datang lagi di kehidupannya seletelah ayahku meninggal.

Sedangkan kehidupanku ditopang oleh kakak lelakiku. Ia bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji yang cukupan, dan membuatku harus berhemat hingga memakan makanan sampah setiap harinya agar tidak meminta uang tambahan lagi padanya. Terjebak dalam kehidupan seperti itu, membuat mimpi burukku bertambah satu lagi, apalagi kini aku sudah berada di perkuliahan. Penuh dengan persaingan dan penampilan dan uang menjadi satu-satunya agar kau bisa diakui oleh yang lain. Kenapa aku mengatakan hal seperti ini? Karena, baik saja tidak akan cukup untuk menjadikan orang-orang diseitarmu mau kepadamu. Nyatanya, kalau kamu tidak menarik, setidaknya jadilah orang kaya agar kau diakui, FUCK THEM ALL!

Mimpi yang semakin buruk tiap harinya ini mendatangkan pikiran padaku, bagaimana aku bisa keluar dari lingkaran setan ini? Apakah saat aku lulus dan mendapatkan pekerjaan sendiri? Menjadi karyawan yang menerima gaji dan menghabiskan uangnya untuk perawatan tubuh saja? Pada saat itu tiba, pengakuan bukanlah menjadi prioritasku lagi dan duniaku sudah berputar.

Aku sekarang kuliah, dan aku masih gendut, jelek, semakin melarat, dan tidak pintar lagi. Aku bosan dianggap menjadi anak pintar! Semua mengejarmu karena ingin memanfaatkan kepintaranmu dan meninggalkan seperti bungkus permen yang sudah tidak berguna, dan terus berulang hingga tidak tahu kapan berakhirnya. Lagipula, menjadi pintar tidak akan membuatmu kaya, percayalah! Bahkan belakangan ini, banyak sekali kejadian yang memperlihatkan bahwa hidupku memang benar-benar sedang dalam mimpi buruk.

Pertama, aku ditertawakan teman-temanku karena aku menjadi semakin gendut. Dan aku hanya berfikir, ‘yang penting mereka bisa tertawa karena aku’. Menjadi olok-olokan teman-temanmu karena aku gendut, bukanlah hal baru. Asalkan semua bisa bersatu, aku rela-rela saja. Tidak pernah berfikiran egois, itulah bagaimana aku hidup. Kedua, pada suatu hari, aku dan teman-teman kuliahku pergi bermain ke suatu tempat, alhasil, pada saat pulang, motor yang aku kendarai bersama teman lelakiku mengalami masalah, yakni masalah pada shockbreeker yang jebol karena aku yang terlalu berat. Aku sungguh menyesal atas kejadian itu, tapi, maafkan aku yang menyusahkan orang lain ini. Kejadian ketiga terjadi saat tidak ada orang yang mau memboncengku karena aku terlalu gemuk, sehingga hanya aku seorang wanita yang berkendara sendirian. Tidak apa-apa, aku tahu jika aku ini adalah wanita gemuk. Pasti berat membonceng wanita gendut sepertiku. Belu selesai penderitaanku, aku merusakkan satu bangku yang aku duduki karena aku yang terlalu gemuk. Hingga bangku tersebut terbelah menjadi dua bagian dan membuat tubuhku terperosok ke dalam dua bagian itu. Tapi, aku tidak apa-apa, karena itu semua karena kebodohanku yang terlalu banyak bergerak, padahal aku tahu kalau aku ini sangat gendut. Dan kejadian yang barusan terjadi, adalah di tempat parkir, ada dua orang wanita yang kesulitan untuk mengeluarkan motornya, aku dan seseorang wanita cantik berkerudung. Aku memanggil tukang parkir terlebih dahulu, dan ia berjalan ke arahku untuk mengeluarkan motorku, tetapi nyatanya ia berbalik arah dan menuju wanita cantik itu sambil berkata ‘sulit ya mbak? Bentar tak bantuin’. Padahal jarak wanita itu jauh dari tempat tukang parkir berada yang bahkan tinggal beberapa langkah lagi mendekatiku. Mengetahui hal itu, aku akhirnya mengangkat semua motor yang menghalangiku sendirian dan berhasil mengeluarkannya. Tau apa reaksi tukang parkir yang tadi saat menghampiriku? Katanya, ‘nah, bisa sendiri gitu mbak’. You know, FUCK YOU! Mata lu musti gue congkel? Liat betapa berantakannya bentuk motor yang gua gerakin buat ngeluarin motor gua. Dan lu bilang, ‘nah, itu bisa?’ kalau bisa, nih motor sebelah-sebelah gua nggak gua jungkir balikin begini woey..


Kejadian demi kejadian terus saja berulang seperti labirin yang dibut oleh seorang dewa, sangat sulit untuk menemukan jalan keluar. Sebenarnya, aku tahu masalahku, yakni aku butuh orang lain untuk menolongku. Tapi, dengan cara apa? Aku inginkan kehidupanku yang normal, menjadi wanita dengan tubuh yang ideal, wajah yang cantik dan diperlakukan adil seperti yang lainnya. Tapi, kenyataan seakan berkata padaku, ‘tunggu saja keajaiban yang akan datang’. Dan entah itu sebuah harapan belaka atau akan menjadi kenyataan suatu hari nanti. 
Dan jika ini adalah sebuah film, aku ingin segera ada dokter bedah plastik yang mau mengoperasi seluruh tubuhku agar aku bisa jadi wanita cantik, mempesona, menawan seperti boneka favorit dan tampil percaya diri di depan semua orang karena aku ini wanita yang sempurna untuk diidolakan.

#RIPGendut #RIPJelek #CumaMimpi? 

T_T 

T_T

T_T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar