Pages

Rabu, 08 Agustus 2012

Poem About Struggle


I ever got an exercise from someone to looking for an English poem about Struggle. At first, I want to create it by myself. But, I'm still confused about the suit grammar that I use. So, I looking for at another source. Well, this is an example of the poem about Struggle (I think).. 


Ungrateful Cause

The great cause that I fight for                                                  
The cause that I've always lived for
10 years of my life dedicated to you
All the defending I've done of you

After everything I've done
The hard work I've done
You discard me
You won't listen to me

It's a scandal you cry
I'm inlove I cry
You're sacked and not welcome
If I win my seat, I'll be welcome

The hypocrisy of it all disgusts me
The way you treat me
Well I won't give her up
I'd rather give you up

Hitting the streets day after day
I'm entitled to a private life at the end of the day
Leafleting, canvassing and the abuse I take
But never I thought, abuse from you I'd take

You're an ungrateful cause I've dedicated my life to
Now you discard me because my heart, to her, it goes to
I've done nothing wrong except fall in love
Perhaps you really are the party of hate, and not love

My job, you've taken from me
To the police, you've reported me
At one point I would have died for the cause
But no longer, not for an ungrateful cause.



Pelajaran Hari Ini 8





Aku ingin seperti Matahari, menghangatkan di musim dingin. Menerangi jalan yang gelap.  Membakar semangat yang hilang.  Menyinari dunia dengan asa terindah. Tapi, saat kau menjadi matahari begi orang lain, jangan sesekali berharap tentang matahari yang menyinarimu. Karena memberi dan berbagi itu lebih indah daripada sekedar diberi.


Tidak terasa sudah setengah bulan aku menjalani Puasa Ramdhan tahun ini. tahun adalah salah satu puasa yang berkesan untukku. Kenapa? Karena ini adalah tahun taerakhir aku berpuasa di masa SMA. Wah.. cepat sekali. Tidak terasa sudah hamper dua tahun perjalanan masa putih abu-abuku. Sebentar lagi aku akan melangkah ke jenjang yang lebih tinggi lagi, universitas, amiinn… J

Menurut beberapa orang, masa SMA adalah masa yang sangat patut untuk dinikmati, sangat berkesan dan penuh dengan emosi. Yah, mungkin sebagaian aku mengatakan ya, tapi tidak untuk bagian yang lain. Mungkinkah karena aku kurang waktu untuk diriku sendiri? Jika jawaban ya, ya sudahlah.. Waktu sudah berlalu. Lagipula aku juga bukan tanpa alasan seperti ini. Ada hal yang sangat amat penting dari hanya menikmati masa ini.

Sebenarnya terkadang aku juga ingin seperti anak lain. Yang bisa bermain kesana-kemari, bisa mempunyai teman disana-disini. Tapi, nasib melarang. Ini memang sudah resiko. Menjadi anak yang mempunyai kelas percepatan seperti ini tidak mengherankan bahwa hal seperti ini pasti akan dijumpai. Dimana rasanya sedikit bebas dan merasakan apa yang teman-teeman lain rasakan.

Saat yang lain sibuk dengan Persamai mereka. Sejujurnya terkadang aku juga ingin mencoba, ingin ikut. Tapi karena dilarang karena Program yang berbeda, aku mengurunkan niatku tersebut. Kejadian inipun berulang-ulang lagi setiap ada kegiatan lain. Yah, inilah resiko. Aku yang memutuskan, aku yang menjalani, aku yang merasakan. Tidak ada unsut paksaan atau unsure hasutan untuk aku memilih jalur seperti ini. Lagipula, masih banyak hal lain yang bernilai postitid daripada nilai negetifnya.

Karena aku dan teman – teman sekelas sering bersama, membuat persahabatan kami semakin hari semakin erat dan semakin berkeluarga. Meski banyak sekali diantara mereka yang membuatku jengkel, atau kesal. Tapi saat senyum ramah mereka menyapaku lagi, serasa tembok kekesalan tersebut sirna seketika. Aku menyayangi mereka apa adanya mereka. Sebelumnya ini memang sulit, tapi banyak hal yang aku pelajari dari teman-temanku kali ini. Bagiku, mereka adalah inspirasiku. Bagiku, mereka adalah sahabat seklaigus keluarga besarku. Tidak ada yang aku benci atau yang aku tidak suka. Aku suka semua dari mereka, meksi terkadang mereka tidak suka atau jengkel dengan apa yang aku perbuat atau yang aku punya.

Tidak akan aku temui sahabat seperti mereka lagi. Mereka punya semua criteria keluarga yang bahagia. Mereka selalu ada untuk satu dan yang lain. Saat aku sedih, tanpa mereka tahu aku akan tersenyum karena senyum mereka. Melihat wajah mereka setiap pagi yang penuh semangat membuat semua beban di pundak serasa terangkat. Saat berangkat sekolah pun tidak pernah terbesit “Saya akan berangkat menemui musuh-musuh saya.” Melainkan aku akan mengatakan “ Keluarga saya sudah menanti di sekolah sekarang.

Bagiku, mereka adalah sahabat, saudara, keluarga kedua seperti di rumah. Semua rasa telah aku rasakan bersama mereka. Bersama-sama pula kami mencapai impian kami masing-masing. Setiap pagi sampai sore kami berjalan kea rah pintu ilmu yang lebih jauh lagi. Inilah perjalanan ku selama SMA ini. Tidak ada kisah percintaan seperti di Novel Teenlit atau kisah mengharukan seperti Novel perjuangan. Hanya kisah-kisah bahagian bersama para sahabat.

Terima kasih untuk semua yang sudah menjadi teman sekelasku. Tak perlu tahu seberapa beban yang aku tanggung saat ini. Cukup kalian ketahui, bahwa senyum kalian adalah senyum bagiku. Jadi, tetaplah tersenyum untuk senyumku. Dan aku akan tetap tersenyum untuk menyinari senyum kalian. Aku ingin seperti Matahari. Hangat, terang, memberikan penglihatan kepada yang lain…. ^_^