Pages

Kamis, 08 November 2012

Selamat Jalan


Perpisahan adalah hal yang paling menyebalkan yang pernah saya alami. Dari semua jenis kejadian yang ada, hanya perpisahan yang selalu menyisihkan luka dan kenangan. Semoga luka ini bukanlah luka yang akan membekas seumur hidup, melainkan ini adalah luka pertanda saya hanyalah manusia biasa dan kenangan yang diberikan akan saya ingat, mengerti dan lakukan dalam kehidupan ini. Karena pengalaman adalah guru terbaik.
Tak terasa sudah 14 bulan ini semua berlalu. Ternyata, hanya sampai ini kemampuannya. Aku tak pernah sedikitpun menyesal memiliki seseorang seperti dirinya di dalam hidupku selama ini. Bahkan, tak akan ada yang mampu menggantikannya di dalam hatiku ataupun di dalam dunia ini. Meski sekarang aku tak lagi bersamanya di muka bumi. Tapi di dalam hati dan setiap tetes darah ini sudah menggandung darahnya. Karenanyalah, aku bisa menjadi seorang gadis tegar yang akan mengguncang dunia kelak.

Untuk ayahku tercinta, terima kasih atas semua yang telah engkau berika padaku. Terima kasih atas semuanya selama engkau berada di sisiku. Tak ada yang bisa sehebat dirimu lagi di muka bumi ini. Dalam setiap langkahmu, yang engkau pikirkan hanyalah keluargamu yang harus kau topang hidupnya dan selalalu kau bahagiakan.

Maafkan juga kalau aku selalu membuatmu jengkel, membuatmu mengatakan “Bicara itu sedikit saja, kerjanya yang dibanyakin.” Tapi aku tahu, di hatimu yang paling dalam engkau merindukanku yang selalu cerewet dan tidak mau diam. Gadis kecil yang akan tetap bawel, rame, dan merengek kepadamu setiap saat sampai terkadang kaun mungkin sebal padaku. Tapi, ketahuilah satu hal, bahwa semua itu kulakukan karena aku takut kehilangan waktu ketika kita bersama denganmu. Waktu yang aku tahu tidak akan kembali terulang, untuk itu aku berani lakukan hal terkonyol, ternorak, dan semuanya kulakukan atas dasar terbaik untukmu. Karena bagiku, setiap aku bersama ayah, adalah aku bersama malaikat pelindungku. Selalu tenang, karena ayah akan bersedia mengorbankan jiwa, waktu, darah, bahkan nyawanya untukku. Dan itu adalah hal yang belum tentu aku sanggup berikan untukmu.

Aku ingat dengan jelas, saat ayah rela menungguku berjam-jam hanya untuk menanti pulang putrinya yang tidak menentu, dengan tidak tahu dirinya, akupun pulang sesuka hatiku tanpa memikirkanmu yang sedang menungguku kedinginan di luar. Di lain waktu, ayah rela berhujan-hujanan untuk mengantar dan menjemputku sekolah. Tapi mengapa waktu itu aku tidak peduli bahwa ayah kedinginan? Padahal ayah peduli ketika aku kedinginan, ayah rela kehujanan dan menahan dinginnya angin demi putrimu yang tidak membawa jaket. Meskipun ayah tahu kondisi ayah tidak dalam keadaan sehat-sehat saja, tapi ayah tetap nekat lakukan untukku.

Ayah… Sekarang ayah sudah kembali ke tempat yang tenang. Tanpa dosa, tanpa kesakitan lagi. Sekarang ayah tidak perlu merakasan sakitnya jarum yang harus ditusukkan dalam kulit ayah, rasa sakit ketika selang dimasukkan dalam tubuh ayah, ataupun merasakan sakitnya obat yang dimasukkan dalam tubuh, tidak perlu merasakan satu persatu organ tubuh yang rusak akibat pengobatan yang selama ini ayah lakukan. Apalagi tidak perlu menghawatirkanku, yang selalu membuat ayah berfikir “Anakku masih SMA, apa aku tidak bisa mengkuliahkannya suatu saat nanti?”. Masalah itu ayah jangan pikirkan lagi. Karena percayalah! Suatu saat nanti aku akan menjadi seorang yang bisa membuat ayah tersenyum disana. Menjadi anak seperti yang ayah pernah katakan padaku, “Tidak perlu menjadi orang kaya, cukup ingat orangtua dan mendoakan keselamatannya.”

Maafkan juga putrimu ini, karena selama ini, ternyata karena akulah telah menjadi kekhawatiran utama ayah. Entah apa saja yang ayah pikirkan tentangku, tapi aku bisa menebak, ayak menghawatirkan sekolahku, teman-temanku, belajarku, kuliahku kelak, pacarku kelak, dan siapa yang akan menjagaku kelak. Jika aku menyadarinya dari dulu, aku akan katakan kepada ayah ”Ayah.. putrimu sudah besar, tak perlu kawatir tentang aku. Kalau memang ayah lelah, ayah istirahatlah...” Andaikan saja aku menyadarinya jauh-juah hari, ayah tidak perlu menderita dengan penyakit-penyakit yang ayah derita selama ini.

Terima kasih telah menjagaku sampai seperti ini! Sekarang, semua memang telah jadi kenangan. Tidak akan ada lagi kenangan yang akan kita buat bersama lagi, tidak akan ada lagi orang yang menjemputku ketika pulang sekolah, tidak akan ada lagi orang yang memarahiku ketika aku cerewet, tidak ada lagi orang yang akan memelukku ketika aku marah, tidak ada lagi orang yang mengajakku ke bengkel dan menunggu lama untuk perbaikan kendaraan, tidak ada lagi orang yang memarahiku ketika aku tidur larut malam, tidak ada lagi orang yang membiarkanku terlelap di tempat tidurnya ketika aku sedang lelah, tidak ada lagi orang yang menasehatiku tentang arti penting persaudaraan, tidak ada lagi orang yang memberi tahuku arti penting kesabaran, bahkan, tidak ada lagi orang yang menungguku di depan rumah. Namun yakinlah ayah... semua hal yang ayah telah lakukan padaku selama ini telah membuahkan hasil. Kepingan kenangan yang ayah berikan padaku secara berantai telah terbuka dan memancarkan cahaya. Aku tahu artinya pengorbanan, kasih sayang, perhatian, sabar, perjuangan, dan semua hal mengenai hati. Itu semua telah ayah berikan padaku selama ini, jadi... ayah tidak usah khawatir lagi!

Ayah... Meskipun ayah jauh disana, aku yakin ayah menyaksikanku sedang berjuang menghadapi hidup ini, berjuang selayaknya ayah melawan penyakit ayah selama 14 bulan ini. Tapi, aku akui ayah, mungkin aku tak akan setangguh ayah dalam menghadapi cobaan-cobaan hidup. Tapi ayah jangan khawatir, aku sudah berubah jadi wanita yang kuat, berambut panjang, tegar, rasional, dan tentunya pintar dalam segala hal. Dalam diri, pikiran, bahkan nafasku, akan selalu mengingat tawa, kebaikan, senyuman, semangat, nasihat, guyonan bahkan semua hal ketika aku bersama ayah dan aku bersama ayah, ibu, dan kakak. Keluarga kecil yang ayah miliki, tetap akan ayah miliki dari dulu, kini, bahkan nanti. Selamat jalan Ayah.... Semoga engkau bahagia di sisi-Nya. Meskipun malam gelap, dunia hening, tapi suaramu, wajahmu, tubuhmu, semua dari dirimu akan selalu ada di dalam diri ini. Karena Ayah, adalah lelaki terhebat yang pernah ada di hidupku selama ini....

Love You From Us
(Happy Family Forever After)
By           : Skygirl_Fly

Pelajaran Hari Ini 10


Waktu berjalan tidak pernah menoleh kebelakang. Itulah sebabnya tidak terlalu bagus menoleh kebelakang terlau lama. Karena selama saya menoleh kebelakang tidak terasa saya akan tertinggal oleh waktu yang terus melaju kedepan. Dan tidak mungkin kita menyalip waktu. Karena waktu itu seperti udara, tidak terlihat tapi kita sangat membutuhkannya.

Benar-benar tidak terasa sudah sebulan penuh melalui Bulan Suci Ramadhan. Tidak ingin rasanya ditinggal bulan yang penuh makna ini. Tapi bagaimanapun juga waktu tidak akan sesekali bertoleransi terhadap kita. Yah, apapun yang terjadi kita memang sudah sewajarnya menerimanya dengan lapang dan berserah diri namun tidak hanya pasrah.
Baiklah.. Selama 1 bulan ini banyak sekali hal yang saya pelajari lebih mengenai kehidupan. Apalagi selama saya berada di rumah saat libur Hari Raya. Oh ya, untuk Hari Raya tahun ini saya tidak mudik ke rumah nenek. Karena ayah saya sedang sakit, jadi tidak ada motor penggerak yang mengijinkan saya kesana. Meskipun bisa berangkat kesana sendiri, tapi itu tidaklah seperti berangkat bersama para keluarga. Ehm.. Lagipula ayah tidak kuat fisiknya untuk melakukan perjalanan sejauh itu. Tidak apa! Karena kesembuhan dan kesehatan orang tuaku jauh lebih penting dari segalanya.
Yah.. Jadi, selama 2 minggu ini aku full di rumah. Bersama nenek, sepupu dari ayah, tante, om, terutama keluarga intiku. Kedengarannya sangat membosankan, tapi betapa nikmatnya berkkumpul seperti ini. Mungkin karena aku kost dan jarang pulang sebelumnya, jadi saat semua keluarga berkumpul rasanya sangat menyenangkan. Aku senang sekali Hari Raya Ini. Meskipun harus aku lalui tidak sama seperti tahun kemarin, tapi paling tidak aku telah diberi banyak Hikmat oleh Sang Maha Pencipta. Terima Kasih Ya Allah.. ! ^_^
Sudah tak terasa pula sudah setahun penuh ayahku sakit keras. Penyakit satu kambuh, penyakit yang lain terobati, satu kambuh, satu terobati, terus menerus entah sampai kapan. Tidak apa, yang penting aku masih bisa melihat wajahnya. Namun, aku yakin Tuhan itu Maha Adil. Jadi, aku percaya suatu saat nanti, Tuhan akan memberikan nikmat yang lebih kepada ayahku karena selama hidupnya ini bisa dikatakan ayahku melalui banyak rintangan yang cukup tidak mengenakkan. Yah.. Aku berdoa untuk kedua orang tuaku lah, yang sudah merawatku dari kecil hingga menjadi seperti ini. Aku mendoakan mereka untuk mendapatkan yang terbaik di dunia dan di akhirat, Amiinn…. !^_^
Bulan ramadhan tahun ini berarti bulan menuju tingkat kedewasaanku. Semakin hari semakin tahun harus lebih menjadi baik. Kurasa, dewasa tidaklah terlalu penting, karena bagiku yang terpenting adalah menjadi baik. Jika kita telah menjadi baik, bagiku itu sudah mewakili kita menjadi seorang yang dewasa. Tapi, saat kita hanya dewasa saja tanpa mengerti apa itu kebaikan, sama saja kita seperti kacang tanpa isinya. Nah, itu terkadang yang aku rasakan. Aku begitu kuat di luar seperti baja tak tembus senjata nuklir. Tapi sebenarnya jika dibuka besi itu mungkin akan terlihat karat-karat di dalamnya. Aku kuat di luar, lemah di dalam. Tapi, bagi orang lain aku sudah terlalu cukup kuat. Alhamdulillah… :D
Yah.. Mungkin aku memang sudah kuat, tapi yang namanya hakekat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Aku selalu saja kurang, atau mungkin aku memang masih lemah? Ahh… Mungkin ini salah satu pertanyaan terkonyol dalam hidup. Tapi, sebelumnya aku juga sering melontarkan pertanyaan konyol seperti “Untuk apa diciptakan manusia yang hanya akan menghancurkan dunia?” Hal semacam itu tidak aka nada ujungnya jika dipikirkan. Atau pertanyaan seperti “Bagaimana rasanya setelah mati itu? Apa ada orang yang sudah pernah mati mengatakan pada orang yang masih hidup?” itu mungkin sudah dibahas kebenarannya. Tapi aku hanya ingin mengulanginya lagi.
Well, untuk tahun ini liburanku selesai. Sebentar lagi akau menghadapi masa-masa sulit SMA. Semoga aku bisa menjalankannya dengan baik. Karena ini semua aku lakukan untuk kedua orang tuaku…
Aku Menyayangi Kalian… ^_^

Pelajaran Hari Ini 9


Semua hal memilik sisi positif-negatifnya sendiri. Meski sekecil apa sisi positif tersebut, tapi pasti semua hal memiliki dua hal ini. Karena Tuhan menciptakan manusia secara berpasangan….


Apa ada orang lain yang tahu tentang hal apa yang sangat membuatku sedih? Mungkin tidak ada yang tahu kecuali diriku sendiri. Saat aku pulang ke kampong halamanku, aku selalu sendiri. Ditinggal bersama rumah kosong dengan perabotan yang banyak hanya bersama nenekku tersayang.  Jujur, aku sangat membenci keadaan ini, kenapa? Karena kehidupanku sebelumnya tidak seperti ini. Yah, tapi ini semua adalah suratan takdir. Aku harus bisa menerima semua hal yang tdrjadi bersama berjalannya waktu. Mungkin jika aku seorang putrid kerajaan, aku tidak akan merasakan hal seperti ini.
Tapi, memang sedikitpun aku tidak ingin menjadi putri kerajaan yang hanya diam duduk – duduk manis saja. Justru, aku sangat menyenangi semua hal yang baru dalam hidupku. Aku tidak suka hiduo monoton, tapi kekhawatiranku datang ketika hidupku benar-benar mulai tidak menoton lagi. Alias, aku benar-benar diuji lahir dan batin.
Sejak kecil, aku sudah mengalami hal yang tidak monoton. Tidak seperti kebanyakan anak yang mungkin hanya menjalani masa kecil dengan keisengan dan kegembiraan bersama teman-teman. Aku memang juga mengalami masa-masa seperti itu, tapi ini lebih berharga daripada sekedar bersenang-senang dengan para sahabat. Aku masih ingat betul sewaktu aku kecil, ketika seorang kakak kelasku di TK memperlakukanku seperti hewan. Bermain fisik seenaknya, mengancamku seenaknya, memperlakukanku sebagai pembantunya dengan seenaknya. Aku juga masih ingat saat aku dikekang bermain oleh salah seorang pengasuh temanku, karena aku disuruh untuk menemani anak asuhnya. Saat TK pula, aku sering dihina karena aku yang jelek dan gendut oleh sekelompok anak. Saat aku memikirkannya kembali, ada 2 hal yang aku pikirkan, betapa bodohnya aku dan betapa malangnya aku.
Semua itu tidak diketauhi dan tidak ditanggapi serius oleh orang tuaku. Karena mungkin mereka berfikir itu semua hanya lelucon anak-anak. Tapi ketauhilah yang sebenarnya yang aku rasakan. Sejak saat itu, aku akui sedikit berubah. Entah apa yang terjadi padaku, aku berubah menjadi sesosok orang yang angkuh dengan hati yang keras. Jadi serong menjahili teman, memperlakukan apa yang kakak kelasku lakukan kepadaku kepada adik kelasku. Ini sesuatu kegembiraan lain dari hidupku.
Tapi waktu berlalu begitu cepat. Jika waktu mengijinkan aku untuk kembali ke masa lalu, mungkin akan aku balas semua yang pernah menyiksaku saat itu. Tapi, aku ini orangnya tidak sekejam kelihatanny`. Bahkan terkadang aku bisa menangis hanya karena melihat batang bergoyang di depan mataku. Yah, mungkin kita tidak bisa membalasnya di masa lalu. Jadi, aku berjanji kepada diriku sendiri. Saat aku sudah bekerja nanti, saat aku bertemu dengan orang-orang itu aku akan tunjukan kepada mereka hasil kenakalan mereka kepadaku. Terima kasih  sudah memberikanku pelajaran yang berharga untukku. Bagiku, jika tidak ada kalian aku tidak akan mengerti bagaimana rasanya ditindas…..