Pages

Sabtu, 12 Desember 2015

Pelajaran Hari Ini 25

Bersyukur, satu kata yang membuatku bertahan hingga saat ini. Tidak ada kebahagiaan lebih membahagiakan melebihi satu kata ini, syukur. 
Kenyataan di sekitar yang sudah pernah aku lihat, begitu mudah orang silau dengan 'harta' dan berubah menjadi babi hutan

Sudah agak dari terakhir kali aku membuat tulisan di blog. Bukan karena sudah bosan, tapi belakangan ini aku dengan tidak sengaja atas alasan mengisi waktu luang, menambahkan sejumlah kegiatan yang ternyata diluar ekspektasiku selama ini, benar-benar melelahkan. Hingga aku terkadang merasa melupakan untuk lebih mengembangkan dan mengasah kemampuanku selama ini yang tergolong masing sangat dibawah standar yang ada, yaps, untuk menjadi seorang penulis tentunya. 

Yah, banyak aktivitas yang telah aku lalui, tapi selama satu semester ini aku memang agak memusatkan perhatian pada kegiatan untuk lebih mengasah skill kepemimpinan dan organisasi, jadi aku ambil kurang lebih 5 acara kepanitiaan untuk melatih skill dalam berorganisasi, hingga aku juga menyadari satu hal yang pasti, kemana saja aku satu tahun yang lalu. Setelah aku ikut beberapa kegiatan ini, tidak hanya menambah pengalaman saja, tapi aku juga menambah ruang lingkup dalam pertemanan, yah, sayangnya hanya sebatas sebuah pertemenan yang ujung-ujungnya yah cuma sebagai teman aja, nggak lebih dan kemungkinan besar akan berkurang suatu saat nanti. Lalu, kemana setahun belakangan ini? Prestasi? IPK? Tidak semua jawabannya, organisasi? Apalagi itu, uang? Yah, aku dapat banyak uang setahun terakhir. Hidup mewah ala anak pejabat, keluar malam pulang pagi, menginap di rumah teman yang nyaman, bersih dan tenang, malam berikutnya berkunjung ke tempat terkini yang sering terpampang di timeline teman-teman, hidup seperti itulah aku selama setahun belakangan ini, lalu, satu hal yang aku sadari, ini cara hidup yang sangat menyenangkan, tidak merepotkan, tapi sungguh terlalu mudah untuk dilakukan seorang manusia yang memiliki akal dan kekuatan untuk lebih bersikap produktif. 

Percaya deh, kalau cuma hura-hura dan ambil enak-enaknya aja dari dulu emang nggak pernah kerasa sih. Semuanya akan berjalan sangat baik, bahkan cenderung merasa ingin melakukannya terus, atau dalam kata lain kita sudah ketagihan. Kalau udah ketagihan dengan cara hidup kayak gini, hura-hura, seneng-senengnya 12 jam dengan shopping, nongkrong, makan-makan enak, susahnya cuma 4-6 jam di kampus, semua bakal diserobot deh. Nggak peduli ada budget apa engga, yang dipikirin cuma satu, yang penting gue happy, thats all.Untungnya, dalam kondisi seperti ini, akhirnya aku tahu bagaimana caranya bersyukur yang bisa menyelamatkan hidupmu dari gaya hedonisme yang sebenarnya merusak mental dan lifestyle pelakunya sendiri. Bersyukur bukan hanya sekedar mensyukuri apa yang diberikan oleh Sang Pencipya kepada hamba-Nya, lebih dari semua itu, bersyukur itu juga merupakan bagian dimana kita bisa menerima apa adanya diri kita yang sekarang tanpa harus meminta berbagai hal dalam hidup yang terkadang, jika dipikirkan lebih dalam lagi, kita akan berfikir, permintaanku kali ini termasuk kategori keterlaluan. 

Mungkin hari ini kita ingin punya uang, besoknya setelah kita dapat uang, kita ingin mendapatkan pelayan kehidupan yang mewah dan nyaman, besoknya lagi setelah kita mendapatkannya kita akan meminta hal yang lebih mewah lagi, pasangan hidup yang mampu menjamin keuangan kita, terus-terus saja tentang materi dan mempertahankan hidup elegan tanpa sadar, kita sudah masuk dalam lingkaran setan yang membuat kita mampu melakukan apapun untuk mendapatkannya. Hal ini juga terjadi pada seorang temanku. Di tempat yang berbeda, di situasi yang berbeda, tapi tidak separan yang pernah aku alami, temanku ini tumbuh menjadi anak yang unpredictable. Maksutnya, diluar dugaan semua orang yang disekitarnya, atau mungkin memang tidak ada yang memperkirakan hal seperti akan terjadi. Entahlah, yang ingin aku ceritakan disini yakni mengenaik sifat ketidaksyukurannya dalam menjalani hidup yang membuatnya secara tidak sadar telah memasuki area lingkaran setan yang aku bicarakana sebelumnya. 

Kenapa dengan lingkaran setan yang aku bicarakan ini? Eh, btw, aku menulis blog kali ini dengan kondisi dia sedang berada tepat disebelahku, yang bisa aku jawab ketika dia bertanya tentang apa yang sedang aku lakukan, aku akan menjawab 'melakukan rutinitas'. Yang pada dasarnya memang aku suka menulis, meski terkadang hal itu menyita waktuku dan tidak ada hasil yang aku peroleh. Tidak mungkin aku menjawab pertanyaannya dengan 'aku sedang membuat kisah ketidaksyukuranmu terhadap hidupmu', kan awkward ntar jadinya. Oke, back to the topic, what's kind of story that i'd like to tell you? It's about someone who doesn't know she is exactly come from, but wanna the higher place for her belongs. 

Seorang anak yang terlahir di tengah keluarga yang sangat sederhana, ditipkan kepada keluarga yang cukup mapan, dengan kondisi orangtua yang broken home, kini kembali ke kehidupan yang tidak diinginkan. Kembali ke ibu kandungnya yang sejak kecil bekerja untuk dirinya, jauh dari keluarga, tidak mendapatkan perlindungan dari laki-laki manapun, berjuang untuk keluarga kecilnya, dan ternyata, justru diperlakukan selayaknya 'PEMBANTU HINA' oleh anak kandungnya sendiri. Berlatar dendam dengan nasib yang sama sekali tidak membahagiakan (keluarga broken home, ditinggal keluarga angkat, kembali kepada ibu yang miskin, bertemu dengan ayah yang sudah lama pisah) membuatnya merasa bahwa hidup ibunya layak untuk dibegitukan. Tidak bersyukur? Tentulah. Bahkan untuk pridadiku, ini sudah termasuk ranah 'DURHAKA'. Tidak mau menghakimi lebih jauh, mari berlanjut pada kisah selanjutnya. 

Lebih ironisnya, karena keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan, si ibu akhirnya memutuskan untuk membangun hubungan kembali dengan ayah si anak dengan tujuan untuk memintanya membiayai si anak untuk masa depan yang lebih baik, begitu memang pikir semua ibu. Tapi, tahu bagaimana si anak berperilaku? Bukannya berterima kasih atas usaha ibunya mengemis pada mantan suami, si anak semakin menjadi bengat seperti babi hutan yang tak tahu adab. Dia memperlakukan ayah yang kini membiayainya dengan semua bentuk kemewahan dan fasilitas yang teramat layak dengan mendewakannya, menyanjungnya, menyenyuminya setiap waktu (meski tanpa bertemu langsung) dan mengabaikan, membentak, mencaci, memaki, menghina ibu yang kini menghidupinya dengan segala upaya wanita yang hanya bisa mengandalkan usaha ototnya. Lebih dari kata durhaka menurutku, maksudku, kenapa dia bisa berlaku begitu pada orang yang pernah mau, rela, ikhlas mati demi anak kandung satu-satunya dengan begitu hinanya dan justru lebih menghargai orang yang selama ini meninggalkannya selama 17 tahun dan baru datang belakangan, lalu hanya memberinya uang? Semudah itukah kebaikan seorang ibu dilupakan dengan uang dari ayahmu? 

Bersyukur lebih dari sekedar berterima kasih pada Tuhan atas segala pemberiannya selama ini, tapi juga bakti yang diwujudkan dengan sikap, benar bukan? Dia berkata bersyukur sekali dengan hidupnya saat ini (dengan keadaan finansial yang sangat mapan) dan tetap menyiksa ibunya, bersyukur? Thats all is a big bulshitt ever, sista. Maksudku, dengan semua yang didapatkannya saat ini, tidakkah sedikir berfikir untuk beryukur dan tidak perlu menuntut lebih atas hidup yang telah kau miliki? Setidaknya, terimalah ibumu apa adanya tanpa harus menuntutnya sama dengan ayahmu, bagaimanapun, saat ini kau adalah anak kandung satu-satunya, tapi sangat jahat pada ibumu. Bagaimana nanti kalau kau sukses? Tidak ada sedikitpun nilai di ibumu yang akan kau hargai, kalau sudah begini? Tinggal tunggu saja karma dari Tuhan. Ingat, Tuhan sama seklai tidak tidur, kawan! Aku percaya padanya bahwa ada tiga perkara yang cepat balasannya di dunia, yakni sifat durhaka, dzalim, dan tamak. Kamu tahu? Kamu udah masuk golongan yang pertama, kawan.. 'DURHAKA'. Sekarang mungkin kamu sedang diberikan enak-enaknya oleh Tuhan dengan apapun yang kamu inginkan diberikannya dengan mudah, tapi, apakah ini akan bertahan lama?

Tuhan, aku juga masih mempunyai satu pertanyaan lagi, kenapa orang serajin dia dalam beribadah tapi tetap saja mampu berbuat durhaka terhadap ibu kandungnya? Apakah memang yang namanya uang, kekuasaan, dan tahta bisa menukar posisi ibu kandung? Sebesar itukah harga dari sebuat ketamakan manusia yang harus dibayarnya? Semoga, Kau akan selalu menghindarkanku dari perbuatan-perbuatan yang membuatku terjerumus dalam siksa neraka, Amiin Ya Rab..

Intinya, apapun yang telah kita lewati, apapun yang telah kita dapatkan, pasti ada hikmahnya. Tidak ada usaha yang sia-sia dari sebuah kata bernama 'usaha'. Sekecil apapun hasil itu, itu tetaplah hasil yang harus tetap kita syukuri. Kata mau lebih, lebih, dan lebih lagi terkadang sangat semu, bisa menjadi hal positif jika itu semua mendatangkan kebaikan dalam dirimu, tapi bisa jadi suatu kesalahan besar jika keinginan lebih itu hanya merujuk pada kesenangan tiada ujung. Untuk itu, entah apa yang telah aku dapatkan setahun belakangan hingga aku tidak terlihat oleh yang lainnya, aku tetap mensyukurinya sebagai sebuah anugerah dari Tuhan karena telah memberikanku pengalaman seperti ini. Untuk itu, bagi para pembaca dan penulis, jangan pernah berhenti-hentinya bersyukur dalam sekeras apapun hidup atau penderitaan yang kita alami, niscaya, Tuhan akan membalas rasa syukur kita dengan hal yang terkadang tidak bisa kita ukur. Itulah, Syukur yang tak terukur....