Pages

Senin, 30 Juli 2012

Pelajaran Hari Ini 7

Tekadang saya kurang puas dengan apa yang saya miliki. Namun, saat saya menoleh lagi, ternyata justru banyak orang yang tidak memiliki apa yang saya miliki. Terkadang hidup itu menyebalkan, namun terkadang pula hidup itu menyenangkan. Syukuri apa yang saya miliki hari ini, esok, ataupun lusa. Dan berdoalah tentang hal yang baik, hari ini, besok, ataupun lusa.

Samudra itu dalam, angkasa itu luas, bawah tanah itu gelap, dan matahari panas. Masih banyak hal lain yang saya ketahui (meskipun itu hal kecil).
Di setiap artikel Pelajaran Hari Ini, saya tidak pernah menngunakan istilah kita atau kami atau apa lah namanya. Karena setiap artikel Pelajaran Hari Ini pertama adalah untuk saya pribadi. Bagus kalau orang lain juga mempelajarinya. Tapi, tetap harus disaring mana yang positif mana yang negatif.
Kali ini saya mau bercerita, tentang saya menjadi ketua kelas untk yang pertama kali setelah kejadian itu. Agak trauma memang, dengan kejadian yang pernah saya lalui selama saya menjadi ketua kelas. Sampai sekarangpun, baying-bayang itu masih menyelimuti benakku. Padahal, aku sudah mencoba untuk berusaha lupa. Tapi kadang-kadang banyangan itu kembali, aku takut, sampai terkadang aku menangis kalau tak kuasa menahan takut. Ada beberapa orang yang tahu tentang ketakutan ini, tapi tidak sedetail yang sebenarnya.
Mungkin bagi mereka yang kenal aku, itu semua karena aku yang dikenal pemberani dan tidak takut apapun, malah takut saat aku menjadi seorang pemimpin. Ini terdengar aneh memang, tapi ini kenyataan. Ketakutan ini berawal saat aku menjadi ketua kelas di SD. Saat itu, aku masih kelas 4 SD, sangat labil. Mudah emosi, egois, kasar, masih sangat labil. Sampai orang tuaku heran, kenapa anak seusia aku mempunyai emosi yang meledak-ledak.
Kejadian itu terjadi saat jam istirahat berlangsung, tepatnya setelah pelajaran olahraga. Semua wanita sedang ganti baju di dalam kelas. Tapi, ada 1 anak laki-laki yang memaksa di dalam dan tidak mau keluar. Ini memang sudah biasa, setiap ganti baju sehabis olahraga kami sering sekali ganti di dalam kelas, entah itu laki-laki ataupun perempuan. Karena terlalu kesal dengan kelakuan si laki-laki tadi, aku sudah memperingatkan dia untuk segera keluar, tapi dia malah membuatku jengkel dengan mengambil pakaian milik teman perempuanku. Dia memang begitu sejak aku masuk sekolah, nakal sekali. Sering aku bertengkar dan adu otot, bahkan terkadang tidak jarang aku main fisik.
Kembali ke saat istirahat di kelasku tadi. Karena aku dudah kesal memperingatkannya terus. Saat itu aku marah sekali, karena bagiku dia tidak menghormati wanita. Lalu, tanpa pertimbangan apapun saat itu aku memukulkan ikat pinggangku dan mengenai pas jidat temanku tersebut. Tapi waktu itu aku masih belum puas, dan terus memakinya dan memukulinya. Mendekat padanya dan membuatnya tersungkur di depanku tanpa melihat bahwa si laki-laki tersebut sudah menangis. Aku baru berhenti saat temanku yang lain memperingatkan aku bahwa jidatnya berdarah.
Saat mengetauhi jidatnya berdarah, aku baru berhenti memakinya dan berbalik takut. Langsung tubuhku serasa lemas, dadaku berdetak hebat. Yang aku pikirkan saat itu adalah, kenapa aku tega melakukannya? Tapi nasi sudah jadi bubur. Aku di panggil ke kepala sekolah dan ditegur. Wali murid dari temanku tadi pun datang ke sekolah. Orang tuaku juga di panggil. Untung saja lukanya tidak parah. Hanya sobek sekitar 5 cm dan ada sedikit benjolan. Tapi aku tahu, itu rasanya pasti sangat sakit untuk anak seusia itu. Setelah kelas 4, sampai lulus SMP. Aku tidak pernah mau menjadi pemimpin lagi. Hanya jika terpaksa saja. Aku takut, karena jika amarah ku meledak lagi, kali ini bukan hanya ikat pinggang yang melayang, tapi pisaupun bisa aku tusukkan.
Tapi, saat SMA ini. Teman-teman sekelasku mempercayai aku sebagai ketua kelas mereka yang baru. Tapi, karena aku masih sangat takut, lagi-lagi aku menangis, sendiri. Karena itu membuatku merasa lebih baik. Pernah beberapa kali, membayangkan kejadian tersebut saja membuatku ingin muntah. Tapi, karena teman-temanku sangat ngotot, aku tidak berdaya menghadapinya. Aku menurut. Tapi… tetap saja aku sebenarnya tidak mau. Meskipun banyak yang berkata, “Jadi ketua tuh enak, bisa perintah-perinta, bisa mimpin ini itu,” atau bilang “ Aku aja seneng jadi pemimpin, soalnya aku jadi yang di depan. Jadi yang di depan tuh seru, tau duluan, apa-apa kan ketua,” justru karena kesalanku yang dulu, sekarang aku tidak berani memerintah seenaknya atau berbicara seenaknya. 
Beberapa hari kemudian, setelah aku menjadi ketua kelas baru. Aku merasa lebih baik. Tapi aku merasa, aku jadi selalu takut bertindak. Mungkin karena sudah lama tidak menjadi pemimpin. Keadaan ini tidak seperti dulu saat SD, aku selalu cepat dalam memutuskan. Segera ini dan itu, memerintah ini itu, bilang seperti ini itu. Mungkin juga karena kenangan masa lalu, aku jadi takut untuk berbicara segalanya di depan orang banyak, aku selalu berusaha menjaga ini dan itu. Tapi aku merasakan bahwa terkadang kehati-hatianku kali ini membatasi ruang gerakku. Aku jadi hanya berputar-putar di area ini saja.
Haah… mungkin ini akan jagi rahasia waktu. Bagaimana aku berlanjut dengna kisahku kali ini. Mungkin kenangan terdahulu harus sangat dijadikan guru untuk kehidupan masa sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar