Kaki berpijak bumi dijunjung, dimana kamu berada disitulah kamu berjuang...
Setidaknya demikianlah makna dari pepatah lama tersebut. Kamu, dimanalah kamu berasal, dan itu tidak akan bisa merubah apapun terkait dirimu. Seberapa kerasnya dirimu ingin merubahnya, dimana kau berasal akan selalu menjadi bagian dari dirimu, dan kita sebagai manusia, harus menerimanya.
no caption needed |
Bagaimanapun kacang tetaplah menjadi akan menjadi kacang hingga akhir hayat. Jadi, jadilah kacang yang berguna untuk mereka yang membutuhkan. Hal ini berarti bahwa kodrat setiap manusia sebagai apa yang telah dijanjikan tidak bisa dirubah. Tetapi, setiap kodrat pasti membawa potensi, disitulah kita bermain. Meningkatkan dan mengeluarkan potensi yang ada semaksimal mungkin untuk menjadi sukses dengan dirimu. Tidak perlu menjadi orang lain untuk mencapai apa yang maksimal dalam hidup. Ini yang aku tangkap dari apa yang aku alami.
Aku memiliki seorang teman, sebut saja Nyonya. Dia, bukanlah berasal dari keluarga yang mampu bahkan sederhana. Hanya anak pedagang sayur di pasar yang buka 24 jam. Tapi, yang membuatku terperangah adalah kemampuan ibunya untuk menyekolahkan anaknya hingga bangku perkualiahan. Tentu, bukan hal mudah untuk mencari uang dengan status pekerjaan yang demikian, tetapi itu bukanlah halangan untuk ibu temanku dalam menyekolahkan anak semata wayangnya setinggi apapun yang ia mau. Yah, aku menghormati sema usahanya hingga saat ini.
Dan temanku, Nyonya, ia memposisikan dirinya selayaknya seorang nyonya. Bahkan, memposisikan ibu yang telah membelanya selama ini hanya sebagai seorang ibu, tidak lebih. Hal ini mulai terlihat olehku saat pertama kali ia mendapatkan telpon dari ibunya. Seorang anak yang sayang pada ibunya tidak akan mengedepankan apa yang ia inginkan dibandingkan ibunya, apapun alasannya. Dengan seenaknya ia meminta sejumlah uang dengan nominal yang tidak sedikit kepada ibunya dalam waktu 1x24 jam. Yah, kurasa dia berasal dari ekonomi menengah. Tapi, semua terbantahkan dari apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Di rumah yang dihuni bersama kakek-nenek, dan saudara lainnya, ia memiliki fasilitas lengkap berupa kamar pribadi dengan perabotan minimalis terlengkap dan terbaru dengan ruang terluas. Sedangkan lainnya, bahkan ruangan yang mampu dijadikan kamar pribadi, bisa tidur di atas kasur saja sudah bresyukur. Kenapa kamar itu tidak digunakan saja untuk bersama-sama? Tau, apa yang temanku katakan? Ia menjawab, "Yah, kan aku pengen punya kamar sendiri."
Baiklah, dalam keadaanmu yang seperti ini, kamu masih bisa berbuat seperti itu. Anda benar-benar egois. Di lain waktu, ia sampai meminta motor model terbaru kepada ibunya karna alasan yang lama sudah tidak enak dipakai dan tidak nyaman digunakan. Tau, bagaimanakah kondisi kendaraannya? Masih sangat layak, bahkan lebih layak daripada motor yang aku miliki, hanya saja memang ketinggalan jaman. Posisinya, ibunya barusan membayarkan uang kosan yang tergolong mahal dan uang semester yang tergolong mahal. Wow, anda hebat membuat orangtua anda pusing.
Yang paling membuatku heran, bagaimana bisa ia membuang semua pengorbanan ibunya untuk dirinya di teman-temannya dan lingkungannya. Mencoba menghilangkan siapa ibumu di depan duniamu. Ada pada suatu hari, ibu Nyonya datang ke tempat kosannya, merindukan anakya hingga ia rela meninggalkan kerjanya untuk bersua dengan anaknya. Tetapi, tanpa rasa bangga, Nyonya justru menyembunyikan ibunya, bahkan tidak mengijinkan ibunya keluar sendirian. Bukan karena apa, hanya karena takut jika ibunya bertemu dengan teman-temannya. Memangnya, apa salahnya seorang ibu yang menengok anaknya? Ingatlah, tanpa ibumu bahan kau tidak bisa berada di lingkunganmu yang sekarang. Dan sudah seharusnya kau tahu, darimana kau berasal dan berada sekarang. Tidak usah melebih-lebihkan apa yang kau tidak punya untuk menuruti gaya hidupmu. Semua orang tidak harus menuruti apa yang kau katakan. Dan kau, tidak seharusnya kau menyuruh orang lain untuk menuruti apa katamu.
Dan aku sudah melihat orang-orang seperti dia. Hanya akan sukses dalam sekejap, dan meredup semakin cepat. Semakin takut kembali ke titik dimana ia berawal, dan semakin menghindarinya dengan cara apapun. Meskipun itu adalah hal yan tak layak untuk dilakukan. Karena kau terlalu takut, untuk mengatakan 'aku hanya anak ibu'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar