Kebahagiaan terpancar di
semua sudut mata yang kupandang. Anak muda yang bertebarang hingga kamu ngga
mampu menghitungnya, semua rona kesenangan ada disana. Sedangkan yang ada di
pikiranku, apakah yang orang tua mereka lakukan hingga mereka sebahagia ini?
Pengalih perhatian,
mungkin itu yang tepat untuk menjad gambaranku saat ini. Ini kisah yang
sebenarnya telah menunjukan padaku untuk segera berubah menjadi lebih baik,
tetapi kenyataan dan keinginan terkadang tidak berjalan sesuai apa yang kita
inginkan. Sesekali, Tuhan membuat jalanmu lebih berliku dan berputar dari yang
kau kira. Hingga kau tersadar, bahwa telah banyak hal yang telah kau alami
selama hidup ini. Menjadi memori yang terkadang tidak terdeskripsikan dengan
baik dan sangat buram hingga kau mengingatnya disuatu malam dalam mimpi
buruk.
Inilah mimpi buruk,
selama ini hidupku bisa dikatakan sebagai mimpi. Ada yang buruk dan baik, meski
aku terkadang tidak tahu harus menempatkan mimpiku dalam kategori yang mana.
Tentang mimpi buruk yang telah aku alami, aku ingin segera bangun dan pergi
darinya. Inilah mimpi terburukku selama ini, terjebak dalam tubuh gemuk dan
berlemak ini dengan tampang yang tidak seberapa. Apa yang lebih buruk selain
menjadi tersisih dan terlupakan di tengah-tengah masyarakat yang ramai? Aku tak
cantik sama sekali, aku juga tidak bertubuh ideal sama sekali. Apalagi, aku
juga bukan anak orang kaya, untuk makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Dan
lagi, aku hanyalah anak yang rajin, bukan kreatif apalagi genius.
Menjadi gemuk sejak hari
pertama dilahirkan di bumi memang bukanlah kehendakku. Jika boleh memilih
sendiri bentuk tubuh yang kumau, aku akan mencari yang lebih baik daripada ini.
Jika diijinkan utuk membuat kombinasi bentuk wajah, aku ingin berwajah cantik
seperti Raisa atau Dian Sastro. Tapi, itu semua hanya 'jika'. Nyatanya, inilah
aku sekarang. Sendiri terjebak dalam mimpi buruk dalam kegendutan dan kejelakan
rupa ini. Sering tidak dihargai karena penampilan yang kurang menarik. Sering
ditinggalkan karena dianggap tidak menguntungkan sama sekali. Sering diejek
karena itulah satu-satunya keunggulan yang kupunya. Sering disisihkan karena
memang tak ada yang bisa diambil. Selalu begitu sejak dulu.
Meskipun banyak sahabat
yang mengatakan bahwa hati baik bisa mengalahkan kecantikan luar, tetapi
kenyataannya, penampilan jasmani yang masih diutamakan. Aku yang berhati baik
dan mau menolong sesama dianggap sebagai 'memang sudah jadi tugasnya kan
membantu sesama', sedangkan mereka yang berpenampilan menarik berbuat baik sedikit
saja dianggapnya sebagai 'udah cantik baik pula, sempurna'. Padahal kadar
kebaikan kita sama, hanya saja penampilan kiga berbeda, tetapi itulah
kekurangan wanita jelek sepertiku.
Aku menulis ini untuk
membuka mata manusia, yang memandang wanita hanya dari luarnya saja. Aku marah
pada mereka yang mengataiku jelek dan tidak berharga tanpa memperhatikan
bagaimana perasaan perempuan akan menerimanya. Aku kesal pada mereka yang
mengajak seseorang pergi karena lebih cantik dari yang lain. Aku sedih karena
manusia tidak pernah adil dalam memandang sesamanya. Semua wanita ingin tampil
cantik kapanpun, dimanapun, dan siapapun itu. Hanya saja, kesempatan yang saya
dapatkan berbeda dari mereka yang telah terlahir cantik, terlahir kaya,
terlahir dengan keluarga yang baik. Saya jauh dari semua keadaan itu. Membuat
saya terjebak dalam mimpi buruk ini sendirian, bersembunyi dibalik senyum manis
yang ditertawakan oleh orang-orang disekitarnya. Saat saya remaja, banyak hal
yang membuat saya berfikir bahwa aku takut untuk bangun esok harinya karena
hari ini buruk sekali. Tapi, siapa yang tahu bahwa saya berfikir seperti itu? Setidaknya,
jika aku ini gendut dan jelek, aku ini terlihat kuat setiap hari. Itu yang aku
pikirkan saat itu.
Pernah suatu ketika,
saya dan teman-teman wanita saya berjalan bersama, tetapi saat itu hanya
sayalah yang tidak disapa oleh para lelaki. Itu semua karena saya yang terjelek
dan tergendut. Tidak mau sedih melihat tatapan teman-teman saya, saya hanya
bisa melempar senyum dengan berkata ‘kita ini populer sekali ya? hahaha..’, apa
kata selain munafik yang bisa kalian ucapkan jika kalian tahu yang sebenarnya? Beruntungnya
aku, sejak aku remaja, meskipun berwajah jelen dan bertubuh gendut, aku
dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang baik-baik, cantik-cantik, dan kaya-kaya. Disanalah
saya tidak seharusnya berada, itu yang kupikir. Tetapi, kemanapun saya pergi,
mereka tidak membiarkan saya luput dari penglihatan mereka. Disanalah saya
tahu, bahwa mereka tulus kepada saya. Aku menerima sahabat-sahabat ini dengan
berucap syukur sebanyak-banyaknya pada Tuhan yang maha adil.
Tetapi, mimpi buruk
tidak usai sampai itu. Itu baru awal dari neraka yang aku ingin pergi sekarang
juga jika bisa. Beranjak semakin dwwasa, dikelilingi oleh sahabat-sahabat yang
sempurna, membuatku berfikir kembali, ‘disinikah memangnya aku berada?’ aku
bagaikan kucing kampung yang berada pada negara kucing Eropa. Pernah suatu
ketika, saat sekolah menengah atas, kami pergi bersama-sama ke kantin. Dari kami
berlima yang datang ke kantin, ada segerombol lelaki yang ingin meminta foto
dengan temanku, dan kalian tahu? Akulah yang disuruh untuk memfotokan. Yah, aku
disana untuk membantu mereka mengambil foto bersama. Lupakan saja aku, aku
tidak apa-apa memang. Tidak hanya sampai situ mimpi buruk ini, pada suatu hari
aku dan sahabatku dekat baik dengan seorang lelaki. Lebih tepatnya, aku dekat
sekali dengannya. Kami keluar bersama, cerita segala macam hal, tertawa
bersama, berbagi tangis bahkan saling meminjamkan bahu untuk bersandar. Tetapi,
kenyataan memang tidak harapan, teman lelaki itu justru suka pada sahabatku,
bukan aku. Baiklah, mereka memang pasangan yang serasi, itu pikirku.
Ingin dengar cerita
wanita gendut dan berwajah jelek ini lagi? Yah, selain kejadian-kejadian yang
menguras kekuatan hati tadi, ada juga yang mencoreng nama ini. Setidaknya, karena
aku ini sudah jelek, gendut, melarat, bodoh, setidaknya biarkan nama baikku
terjaga. Tetapi, kenyataannya adalah saat aku SMA, ada salah satu sahabatku
yang sendirian di lapangan basket menungguku. Dia mengirimkan sms padaku untuk segera datang kesana karena ia merasa
sedih. Sebagai sahabat yang siaga 24 jam, aku berlari segera kesana karena
khawatir dengan keadaanya. Sialnya, diperjalanan, aku terjatuh di tengah kerumunan
anak muda yang lalu lalang di depan dan di sekelilingku karna lantai yang licin
dan mereka menertawakan aku yang terjatuh dan membuat lantai sekolah retak. Tidak
ada yang menolongku, aku sendirilah yang berusaha segera bangkit. Meminta maaf
pada orang-orang yang menertawai dan melihat ke arahku dan berterimakasih pada
sejumlah teman yang menanyakan keadaanku. Dan ketika aku lihat, sahabatku
adalah salah seorang yang tertawa paling keras dan pergi sambil berkata ‘ahahaa…
lucu sekali, terima kasih ya, bikin aku ketawa lagi..’ tanpa mendekat padaku
dan hanya berlalu bersama seorang teman prianya. Yah, dia telah bahagia lagi,
itu pikirku.
Kejadian lain terjadi
saat ada acara untuk ketua kelas seluruh sekolah. Waktu itu, aku menjabat
sebagai ketua kelas. Pada pertemua tersebut, semua orang mengutarakan
pendapatnya untuk memutuskan hasil terbaik. Hingga pada akhir pertemuan, ada
seorang ketua kelas lelaki dari kelas lain meminta ID Line pada semua ketua
kelas wanita, dan entah apa tujuannya. Pada akhirnya, ia juga meminta ID ku. Oke,
hingga suatu saat ia ternyata mencoba mendekatiku dengan rayuan, kata gombal,
hingga mengatakan ‘aku suka sama kamu’. Tahu kan bagaimana indahnya elang
terbang di langit biru? Seperti itulah aku saat itu, hingga aku tahu, bahwa aku
hanyalah dijadikan taruhan dengan teman-temannya. Yang pada intinya ia hanya
mengatakan,’wanita jelek dan gendut, aku hanya ingin bermain-main denganmu’. Dan
aku hanya bisa mengatakan, ‘aku memang tidak pantas untuk seseorang setampan
dan sepopuler dia, ini semua bukanlah salahnya’. Tapi, hatiku mulai membeku
saat itu.
Ramah tamah, sikap
mengalah, merendah, tidak lagi terlalu sering aku gunakan. Semua itu hanya
membuat lawan bicaraku meremehkanku. Di lain kejadian, dengan mati-matian aku
belajar hingga minus mataku bertambah dan mendapatkan peringkat pertama di
sekolah, tetapi kenyataannya, teman-teman sekelasku lebih bersorak ramai saat
ada sahabatku yang memenangkan lomba menari. Yah, kepintaran akan tetap
tertutupi dengan keindahan, itulah kenyataan yang harus aku terima. Sepintar apapun
aku jadinya, serajin apapun usahaku, aku hanya berakhir dengan kata-kata ‘wah..,’wow..’,
‘kamu rajin’,’kamu pintar’, dan mereka berlalu begitu saja. Bahkan menjauhiku
karena aku terlalu ‘pintar’ untuk mereka dan terlalu ‘jelek’ untuk mereka.
Lalu, bagaimana idealnya
aku hidup saat ini? Sebagai seorang wanita yang berada pada keadaan ekonomi
yang rendah, aku tidak bisa mengharapkan orangtua membiayai keinginanku untuk
jadi lebih berpenampilan menarik. Tapi, sampai kapan aku akan berada di mimpi
buruk ini? Sampai aku mati? Tentu aku tidak mau, tapi, apa yang bisa aku
lakukan?
Ayahku sudah meninggal
sejak aku remaja, menjadikanku lebih melarat dari sebelumnya. Sedangkan ibuku,
hanya ibu rumah tangga biasa yang sangat berpenampilan menarik, cantik, tubuh
asyik dan cara bicara yang tinggi. Tidak usah mengkhawatirkan kehidupannya yang
indah tanpa bullyan. Mimpi buruknya hanya satu, tidak ada orang yang sesuai
dengan keinginannya datang lagi di kehidupannya seletelah ayahku meninggal.
Sedangkan kehidupanku
ditopang oleh kakak lelakiku. Ia bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji
yang cukupan, dan membuatku harus berhemat hingga memakan makanan sampah setiap
harinya agar tidak meminta uang tambahan lagi padanya. Terjebak dalam kehidupan
seperti itu, membuat mimpi burukku bertambah satu lagi, apalagi kini aku sudah
berada di perkuliahan. Penuh dengan persaingan dan penampilan dan uang menjadi
satu-satunya agar kau bisa diakui oleh yang lain. Kenapa aku mengatakan hal
seperti ini? Karena, baik saja tidak akan cukup untuk menjadikan orang-orang
diseitarmu mau kepadamu. Nyatanya, kalau kamu tidak menarik, setidaknya jadilah
orang kaya agar kau diakui, FUCK THEM ALL!
Mimpi yang semakin buruk
tiap harinya ini mendatangkan pikiran padaku, bagaimana aku bisa keluar dari
lingkaran setan ini? Apakah saat aku lulus dan mendapatkan pekerjaan sendiri? Menjadi
karyawan yang menerima gaji dan menghabiskan uangnya untuk perawatan tubuh
saja? Pada saat itu tiba, pengakuan bukanlah menjadi prioritasku lagi dan
duniaku sudah berputar.
Aku sekarang kuliah, dan
aku masih gendut, jelek, semakin melarat, dan tidak pintar lagi. Aku bosan
dianggap menjadi anak pintar! Semua mengejarmu karena ingin memanfaatkan
kepintaranmu dan meninggalkan seperti bungkus permen yang sudah tidak berguna,
dan terus berulang hingga tidak tahu kapan berakhirnya. Lagipula, menjadi
pintar tidak akan membuatmu kaya, percayalah! Bahkan belakangan ini, banyak
sekali kejadian yang memperlihatkan bahwa hidupku memang benar-benar sedang
dalam mimpi buruk.
Pertama, aku
ditertawakan teman-temanku karena aku menjadi semakin gendut. Dan aku hanya
berfikir, ‘yang penting mereka bisa tertawa karena aku’. Menjadi olok-olokan
teman-temanmu karena aku gendut, bukanlah hal baru. Asalkan semua bisa bersatu,
aku rela-rela saja. Tidak pernah berfikiran egois, itulah bagaimana aku hidup. Kedua,
pada suatu hari, aku dan teman-teman kuliahku pergi bermain ke suatu tempat,
alhasil, pada saat pulang, motor yang aku kendarai bersama teman lelakiku
mengalami masalah, yakni masalah pada shockbreeker yang jebol karena aku yang
terlalu berat. Aku sungguh menyesal atas kejadian itu, tapi, maafkan aku yang
menyusahkan orang lain ini. Kejadian ketiga terjadi saat tidak ada orang yang
mau memboncengku karena aku terlalu gemuk, sehingga hanya aku seorang wanita
yang berkendara sendirian. Tidak apa-apa, aku tahu jika aku ini adalah wanita
gemuk. Pasti berat membonceng wanita gendut sepertiku. Belu selesai
penderitaanku, aku merusakkan satu bangku yang aku duduki karena aku yang
terlalu gemuk. Hingga bangku tersebut terbelah menjadi dua bagian dan membuat
tubuhku terperosok ke dalam dua bagian itu. Tapi, aku tidak apa-apa, karena itu
semua karena kebodohanku yang terlalu banyak bergerak, padahal aku tahu kalau
aku ini sangat gendut. Dan kejadian yang barusan terjadi, adalah di tempat
parkir, ada dua orang wanita yang kesulitan untuk mengeluarkan motornya, aku
dan seseorang wanita cantik berkerudung. Aku memanggil tukang parkir terlebih
dahulu, dan ia berjalan ke arahku untuk mengeluarkan motorku, tetapi nyatanya
ia berbalik arah dan menuju wanita cantik itu sambil berkata ‘sulit ya mbak? Bentar
tak bantuin’. Padahal jarak wanita itu jauh dari tempat tukang parkir berada
yang bahkan tinggal beberapa langkah lagi mendekatiku. Mengetahui hal itu, aku
akhirnya mengangkat semua motor yang menghalangiku sendirian dan berhasil
mengeluarkannya. Tau apa reaksi tukang parkir yang tadi saat menghampiriku? Katanya,
‘nah, bisa sendiri gitu mbak’. You know, FUCK YOU! Mata lu musti gue congkel? Liat
betapa berantakannya bentuk motor yang gua gerakin buat ngeluarin motor gua. Dan
lu bilang, ‘nah, itu bisa?’ kalau bisa, nih motor sebelah-sebelah gua nggak gua
jungkir balikin begini woey..
Kejadian demi kejadian
terus saja berulang seperti labirin yang dibut oleh seorang dewa, sangat sulit
untuk menemukan jalan keluar. Sebenarnya, aku tahu masalahku, yakni aku butuh
orang lain untuk menolongku. Tapi, dengan cara apa? Aku inginkan kehidupanku
yang normal, menjadi wanita dengan tubuh yang ideal, wajah yang cantik dan
diperlakukan adil seperti yang lainnya. Tapi, kenyataan seakan berkata padaku, ‘tunggu
saja keajaiban yang akan datang’. Dan entah itu sebuah harapan belaka atau akan
menjadi kenyataan suatu hari nanti.
Dan jika ini adalah sebuah film, aku ingin segera ada dokter bedah plastik yang mau mengoperasi seluruh tubuhku agar aku bisa jadi wanita cantik, mempesona, menawan seperti boneka favorit dan tampil percaya diri di depan semua orang karena aku ini wanita yang sempurna untuk diidolakan.
#RIPGendut #RIPJelek #CumaMimpi?
T_T
T_T
T_T