Hidup ini penuh dengan
bermacam-macam pendirian yang diselimuti misterinya. Terkadang, ketika kita
mencoba membahas pendirian itu, ada dua hal. Pertama, pendirian itu pecah menjadi berkeping-keping pemikiran
kecil. Kedua, pendirian itu bersatu dengan tonjolan-tonjolan kasar dan bentuk
yang tidak karuan pada pendirian tersebut. Keduanya mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Ketika pendirian tersebut telah di bentuk oleh
manusia, sulit untuk mengembalikan ke bentuk semula. Karena kita sudah
menentukan misteri yang akan kita jelajahi.
Serasa berada di tengah taman
yang penuh dengan bunga yang indah dengan wewangian yang mengharumkan. Aku
bingung ingin mengarahkan hidung ini kemana. Semua terasa sama, warnanya
mengundang untuk dilihat. Semerbaknya mengarahkan hidung ini untuk berjalan
sendiri memilih bunga mana yang pantas disambangi.
Tapi ini bukan lagi bunga. Ini
lebih mendesak daripada harum bunga atau indah warnanya. Ini lebih kemana kamu
akan pergi di tengah-tengah kerumunan hewan buas. Hemmm, terdengar sangat
menakutkan dan menekan. Jika begini, kurasa hanya satu harapan yang tersisa, keajaiban. Tenang saja, ini bukan
masalah hidup dan mati seperti yang aku gambarkan tadi. Semuanya hanya gambaran
sebelum aku benar-benar masuk ke permasalahan hari ini. Meskipun hanya enam jam
aku bersekolah, tapi rasanya tidak sedang berada di sekolah. Tapi di
tengah-tengah peperangan yang mengharuskan kamu memilih dengan bijak setiap
perkataan dan tindakanmu. Karena salah perhitungan 0,001 % saja bisa membuatmu
langsung gugur.
Yah, sudah lama sebenarya hal ini
menjadi perbincangan di kelasku. Entah mengapa mereka selalu berfikir bahwa
“kami berbeda dan kami pasti sendiri”. Itu menurut beberapa dari mereka. Tapi
tidak dengan apa yang aku pikirkan. terkadang sesuatu yang berbeda bisa sangat
di kagumi. Tapi mengapa banyak sekali manusia yang berfikiran seperti itu?
Pernah memang saat aku menjadi berbeda dan aku memanglah sendiri. Lalu, karena
pemikiranku yang seperti ini justru membuatku lebih merasa sendiri. Ini seperti
ilngkaran setan. Berputar-putar tiada henti sampai mati. Untungnya Allah SWT
menitipkan aku kepada 2 malaikat yang benar-benar menyampaikan wahyu-Nya.
Meskipun mereka tidak berkata kepadaku, aku bisa melihatnya terlebih dahulu.
Ini sangat indah, saat aku bertanya kenapa aku seperti ini? Allah SWT
memperlihatkannya melalui mata dari kedua malaikatku. Ia menunjukan bahwa aku
bukanlah berbeda, melainkan istimewa.
Bangkit dari jatuh sudah pasti
aku lakukan. Bangkit sendiri adalah hal yang sangat berat. Kau akan merasa akan
dijatuhkan kembali dan hanya ada satu hal yang bisa tetap membuatmu melanjutkan
bangkit, dirimu sendiri. Susah payah aku bangkit dari rasa itu, akhirnya aku
benar-benar berubah dari berbeda menjadi istimewa. Ini memang tidak mudah,
penuh dengan jatuh bangun dan luka. Tapi ingatlah hasilnya yang akan membuat
tubuhmu sangat ringan. Inilah yang ingin aku sampaikan kepada teman-temanku.
Meskipun kita semua kaum minoritas
bukan berarti kita hidup secara minoritas.
Kita memang berada di kelas yang berbeda, tapi itu bukan hambatan kita untuk
menjadi yang sama. Tidak ada yang sia-sia saat kita berusaha. Semuanya akan
menuai hasil.
Kelas yang berbeda dan memiliki
reputasi tinggi, memang tidak mudah untuk menjadi kelas biasa. Tapi, kalau begitu
kenapa tidak kita ubah kelas biasa menjadi kelas luar biasa? Yah, inilah
diriku. Berusaha untuk melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Boleh
kan? Kan kita berada di negara Demokrasi. Yah, berbeda pendapatpun akan terasa
umumlah seharusnya. Tapi tidak bagi seseorang yang aku temui pulang sekolah
tadi. Bagaimana mungkin ada seseorang memaksakan pemikirannya masuk ke
pemikiran orang lain? Ternyata memang ada orang yang seperti itu. Ini terjadi
saat diskusi kelas mengenai keadaan kelas yang minoritas dibicarakan. Mulanya aku mengusulkan sebuah gagasan dari
pikiranku. Lalu, datang seseorang yang mencoba menyangkal pemikiranku tersebut.
Lalu, dia mengajukan pertanyaan
“mana yang kau pilih, orangtua atau kehendakmu? Jika….bla bla bla blab la…” Mungkin jika orang lain yang diajukan
pertanyaan seperti ini mereka akan mengatakn iya-iya saja. Tapi tidak untuk
kali ini, pikirku. Sudah berulang-ulang kali dia selalu mencoba memasukkan
paradikmanya sendiri agar sefikiran dengannya. Padahal tidak bisakah kau
melihat bagaimana dirimu itu? Kau tidak lebih dari anak yang tidak memiliki
kesejahteraan dalam dirimu. Saat yang lain sedang beradaptasi dengan
lingkungannya yang baru, kau malah berdiam serasa berfikir bahwa lingkungan
itulah yang harus beradaptasi denganmu. Saat yang lain belajar untuk lebih
mengetauhi, kau menganggap mereka lebih rendah darimu karena kau lebih tahu
lebih dulu. Saat kami tunjukan sebuah persatuan, kau malah mengartikan itu
sebagai hal yang nomor kesekian dibanding tugasmu. Tahukah? Hidup itu tidak
hanya untuk dirimu sendiri. Hidup untuk semua orang dengan diri mereka
masing-masing. Aku pastikan, jika kau masih bertahan dengan gaya bicara yang
mencoba memasukkan pemikiranmu kepada orang lain. Kau tak ada bedanya dengan
seseorang yang masuk rumah tanpa pemirsi dengan sikap yang tidak sopan. Kau
tahu? Tidak semua orang suka dilangkahi. Msekipun aku tidak terlallu memikirkan
apa aku dilangkahi atau tidak, tapi tetap saja aku tidak suka jika ka
uterus-terusan melangkahi orang-orang disekitarmu.
Karena sebenarnya orang yang dia
ajak bicara tadi, adalah orang yang telah diberikan anugerah yang luar biasa
dari Allah SWT. Terima kasih Ya Tuhan.. Karena telah memberikan anugerah yang
luar biasa ini. Jadi, salah besar jika kau ingin merubah pemikiran yang telah
lama aku bangun ini, menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya. Ini
prinsipku, menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini semua berbeda dengan dia
yang hanya memikirkan bagaimana Aku seharusnya dan bagaimana Aku sekarang,
nanti, dan esok. Ketauhilah bahwa kebenaran yang kau maksud tidak akan kau
temui jika kau tidak mencari dan merasakannya sendiri. Perjalanan itu
sebenarnya sangat indah untuk dijalani.
Di tujukan kepada teman SMA
sekelasku yang pernah membicarakan pemikirannya dan berusaha menunjukan rasa
sakit yang sebenarnya belum pernah kau jumpai sebelumnya. Pemikiran yang kau
ceritakan kepadaku dan sebenarnya, “Kau belum pernah mengalami hal itu sama
sekali, dan kau berusaha memahami, tapi ingatlah! Tidak cukup hanya mengerti
untuk memahami sesuatu” itu tidak lebih dari aduan seorang anak kecil kepada
seorang kakak tentang mainan yang direbut oleh teman sepermainannya.
By : Dolphin_skygirl