Aku
ingin seperti Matahari, menghangatkan di musim dingin. Menerangi jalan yang
gelap. Membakar semangat yang
hilang. Menyinari dunia dengan asa
terindah. Tapi, saat kau menjadi matahari begi orang lain, jangan sesekali
berharap tentang matahari yang menyinarimu. Karena memberi dan berbagi itu
lebih indah daripada sekedar diberi.
Tidak
terasa sudah setengah bulan aku menjalani Puasa Ramdhan tahun ini. tahun adalah
salah satu puasa yang berkesan untukku. Kenapa? Karena ini adalah tahun
taerakhir aku berpuasa di masa SMA. Wah.. cepat sekali. Tidak terasa sudah
hamper dua tahun perjalanan masa putih abu-abuku. Sebentar lagi aku akan
melangkah ke jenjang yang lebih tinggi lagi, universitas, amiinn… J
Menurut
beberapa orang, masa SMA adalah masa yang sangat patut untuk dinikmati, sangat
berkesan dan penuh dengan emosi. Yah, mungkin sebagaian aku mengatakan ya, tapi
tidak untuk bagian yang lain. Mungkinkah karena aku kurang waktu untuk diriku
sendiri? Jika jawaban ya, ya sudahlah.. Waktu sudah berlalu. Lagipula aku juga
bukan tanpa alasan seperti ini. Ada hal yang sangat amat penting dari hanya
menikmati masa ini.
Sebenarnya
terkadang aku juga ingin seperti anak lain. Yang bisa bermain kesana-kemari,
bisa mempunyai teman disana-disini. Tapi, nasib melarang. Ini memang sudah
resiko. Menjadi anak yang mempunyai kelas percepatan seperti ini tidak
mengherankan bahwa hal seperti ini pasti akan dijumpai. Dimana rasanya sedikit
bebas dan merasakan apa yang teman-teeman lain rasakan.
Saat
yang lain sibuk dengan Persamai mereka. Sejujurnya terkadang aku juga ingin
mencoba, ingin ikut. Tapi karena dilarang karena Program yang berbeda, aku
mengurunkan niatku tersebut. Kejadian inipun berulang-ulang lagi setiap ada
kegiatan lain. Yah, inilah resiko. Aku yang memutuskan, aku yang menjalani, aku
yang merasakan. Tidak ada unsut paksaan atau unsure hasutan untuk aku memilih
jalur seperti ini. Lagipula, masih banyak hal lain yang bernilai postitid
daripada nilai negetifnya.
Karena
aku dan teman – teman sekelas sering bersama, membuat persahabatan kami semakin
hari semakin erat dan semakin berkeluarga. Meski banyak sekali diantara mereka
yang membuatku jengkel, atau kesal. Tapi saat senyum ramah mereka menyapaku
lagi, serasa tembok kekesalan tersebut sirna seketika. Aku menyayangi mereka
apa adanya mereka. Sebelumnya ini memang sulit, tapi banyak hal yang aku
pelajari dari teman-temanku kali ini. Bagiku, mereka adalah inspirasiku.
Bagiku, mereka adalah sahabat seklaigus keluarga besarku. Tidak ada yang aku
benci atau yang aku tidak suka. Aku suka semua dari mereka, meksi terkadang
mereka tidak suka atau jengkel dengan apa yang aku perbuat atau yang aku punya.
Tidak
akan aku temui sahabat seperti mereka lagi. Mereka punya semua criteria
keluarga yang bahagia. Mereka selalu ada untuk satu dan yang lain. Saat aku
sedih, tanpa mereka tahu aku akan tersenyum karena senyum mereka. Melihat wajah
mereka setiap pagi yang penuh semangat membuat semua beban di pundak serasa
terangkat. Saat berangkat sekolah pun tidak pernah terbesit “Saya akan
berangkat menemui musuh-musuh saya.” Melainkan aku akan mengatakan “ Keluarga
saya sudah menanti di sekolah sekarang.
Bagiku,
mereka adalah sahabat, saudara, keluarga kedua seperti di rumah. Semua rasa
telah aku rasakan bersama mereka. Bersama-sama pula kami mencapai impian kami
masing-masing. Setiap pagi sampai sore kami berjalan kea rah pintu ilmu yang
lebih jauh lagi. Inilah perjalanan ku selama SMA ini. Tidak ada kisah
percintaan seperti di Novel Teenlit atau kisah mengharukan seperti Novel
perjuangan. Hanya kisah-kisah bahagian bersama para sahabat.
Terima
kasih untuk semua yang sudah menjadi teman sekelasku. Tak perlu tahu seberapa
beban yang aku tanggung saat ini. Cukup kalian ketahui, bahwa senyum kalian
adalah senyum bagiku. Jadi, tetaplah tersenyum untuk senyumku. Dan aku akan
tetap tersenyum untuk menyinari senyum kalian. Aku ingin seperti Matahari.
Hangat, terang, memberikan penglihatan kepada yang lain…. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar