Terkadang, tiba waktunya untuk tidak mendengarkan orang lain dan hanya fokus dengan apa yang menjadi tujuan kita. Memang, hal itu terdengar sangat sarkasme, tetapi, banyak orang yang sukses karena tidak mendengarkan orang lain dan yakin akan perjuangan yang tak pernah membohongi hasil... Keep it straight, babe!!
Berbeda dengan bulan-bulan puasa sebelumnya, karena bulan puasa kali ini untungnya aku bisa habiskan bersama ibu kandungku. Sudah hampir dua atau tiga tahun Bulan Ramadhan aku jalani sendiri bersama keluarga lainnya. Pengalaman selama hidupku tentang kejahatan seseorang yang awalnya baik pada kita membuatku tidak mudah percaya dan mempercayakan suatu hal kepada orang lain, terutama kepada keluargaku sendiri, hanya kakak kandung dan ibu kandungku yang sangat bisa aku percaya untuk membagi masalah-masalah yang aku alami. Sedangkan untuk masalah kehidupan, pertemanan, asmara, persahabatan dan penderitaan lebih baik aku bagi kepada orang lain yang tidak ada sangkut pautnya denganku. Dengan begitu, keluargaku tidak terlalu memikirkan apa yang sedang aku alami selama ini.
Selayaknya manusia yang tidak memiliki rasa puas, aku juga begitu nyatanya. Saat aku inginkan ibuku berada terus disampingku untuk mendampingiku saat aku belajar dan mengais ilmu di perguruan tinggi, aku masih inginkan hal lain lagi, yakni dukungannya. Karena sejak awal beberapa bulan kami terpisah jarak, tidak heran jika aku sangat iri dengan mereka yang bisa selalu bersama ibu mereka dimanapun dan kapanpun mereka berada. Tapi, kenyataannya, ketika ibuku mendampingiku selama aku disini, mungkin rasa terkekang muncul dari dalam diriku. Ibuku masih belum bisa melihat seberapa penting sebuah kegiatan untuk membangun masa depan yang aku impikan. Baginya, dengan menuntuk ilmu dengan baik dan mendapatkan nilai yang sangat bagus, sudah cukup mengantarkanku kepada apa yang dibayangkan oleh ibuku, yakni menjadi seseorang yang hebat.
Tapi, bagiku yang mengetahui bahwa tidak hanya perkara nilai saja yang dijadikan alasan untuk menjadi seseorang yang hebat, membuatku ingin melakukan yang lainnya, yakni mencari pengalaman dan meningkatkan softskill seoptimal mungkin, itu yang sedang aku lakukan sekarang. Mungkin bagi orang tuaku, hal itu sangatlah tabu, setiap kegaiatan yang aku ikuti hanya akan berakhir dengan kata-kata "Buat apa capek-capek melakukan hal itu? " yang terlontar dari mulut ibuku. Sudah berulang kali pula aku mengatakan pentingnya sebuah kegiatan di luar perkuliahan yang sangat penting untuk diikuti dan dapat menunjang apa yang dicita-citakan oleh ibuku, tapi tetap saja, kata seperti itu lagi lagi dan lagi yang kembali muncul.
Hingga akhirnya, aku menyadari, bahwa ini saatnya aku mulai menutup telinga dengan apa yang dikatakan oleh ibuku. Benar memang, restu ibu adalah restu Tuhan, tapi aku hanya mencoba untuk realistis saja, mungkin akan ada keajaiban dari Tuhan apabila aku menuruti ibuku dengan hanya memperhatikan perkualiahan saja, tapi keajaiban yang sekiranya aku nanti ini bukanlah jaminan sepenuhnya untukku untuk tetap berjalan menjadi mahasiswa rajin saha. Untuk itu, kini aku berjalan memang agak berlawanan dengan apa yang ibuku harapkan, tapi aku juga tidak berhenti sampai situ saja. Akan aku tunjukkan dan beri pengertian selalu tentang apa yang aku lakukan ini akan membuatnya bangga terhadapku suatu saat nanti. Sehingga, beberapa waktu kedepan, ibuku dapat menerima apa yang aku lakukan saat ini juga untuk dirinya, caranya, tentu dengan memberikan review acara-acara yang telah aku lakukan sembari membicarakan apa dampaknya ke depan untuk orang lain, jika sudah begitu, orangtua mana yang tidak bangga dengan anaknya yang mampu berguna untuk orang lain?
Semoga, beberapa tahun kedepan, impianku ini dapat menjadi kenyataan..
Ibu.. Aku sayang ibu selama-lama-lama-lamanya.... Salam hangat dari putrimu tercinta!!